greatness2045.com

(2) The Biggest Agenda of Prabowo Should Be Nation Character Building (NCB)

Almost certainly, Indonesia's lag is due to the weak capabilities of the government, which has been unable to mobilize its great natural and human resources potential.
Legisan Samtafsir
Writer

Part 2

Indonesia’s stagnation and backwardness (after 78 years of independence, the per capita income was only USD 4,700 in 2022; compared to Malaysia USD 12,300, Thailand USD 7,800, and Singapore USD 84,700) is certainly not due to a lack of natural resources (SDA); nor is it because of the ignorance or laziness of the Indonesian people.

Almost certainly, it is because of the weak capabilities of the government, which has failed to manage challenges and/or mobilize Indonesia’s extraordinary natural and human resources potential, and has inadequately protected the domestic sector, leading to a lack of productivity in society (with a productivity level of 0.85, below Malaysia, Vietnam, Thailand, China, and India; innovation ranking 61 out of 132 countries, below the Philippines at 56, Vietnam at 46, Thailand at 43, and Malaysia at 36; and, tragically, 68% of the population cannot afford to eat nutritious food).

Therefore, the new President and Cabinet must set an agenda for fundamental changes in government management while strengthening the nation’s character (nation character building, NCB) so that Indonesia can become more productive, integrity-driven, and progressive.

Nation Character Building (NCB)

The NCB agenda cannot be taken lightly because this is the heart of the matter. It concerns the people; if the people are weak, everything else will inevitably be weak. All countries that have succeeded in becoming developed nations initially prioritized human development during their transformation; Japan with its Restoration, South Korea with its Saemaul Undong, Malaysia with its NEP (New Economic Policy), and China with its ‘Deng’s modernization plus Jintao’s reforms.’

NCB must urgently be prioritized, especially for three reasons. First, the threat of national disintegration is real, given the wide disparities in development (Human Development Index outside Java has been lagging behind Java for 10 years). This means that the bond of unity as a nation will continue to weaken due to these growing gaps.

Second, trust in public officials and the government elite is increasingly fading. Corruption, collusion, nepotism, and immoral acts associated with government officials, compounded by authoritarianism, have led to a breakdown of public trust in government management. This threat will weaken the effectiveness of future cabinet work, as public participation will be minimal.

Third, the heavy burden on the state budget (APBN) to finance the IKN project (Rp 90.4 trillion out of a total of Rp 466 trillion) and to cover the principal debt (Rp 8,338.43 trillion, as of April 2024) and its interest (Rp 497.31 trillion in 2024) is looming. In addition, there are urgent social problems such as unemployment (7.2 million), malnutrition (68% of the population), and declining purchasing power, which continue to intensify.

These three variables clearly pose a common threat to the nation of Indonesia. If they are ignored and not addressed properly by the upcoming government agenda, a disaster for Indonesia as a nation will truly occur.

Therefore, Nation Character Building (NCB) must become the strategic solution to all of Indonesia’s current problems as a foundation for Indonesia in 2045. What is the concrete form of NCB that the new government must strive for? (To be continued).

http://greatness2045.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

(2) Agenda Terbesar Prabowo, Seharusnya Nation Character Building (NCB)

Hampir pasti ketertinggalan Indonesia adalah karena kemampuan pemerintahan yang lemah, tidak mampu memobilisasi potensi SDA dan SDM yang hebat
Legisan Samtafsir
Penulis

Bagian 2

Kelambanan dan ketertinggalan Indonesia (setelah 78 tahun merdeka, perkapita rakyat hanya USD4.700 tahun 2022; compared with Malaysia USD12.300, Thailand USD7.800 dan Singapura USD84.700), pasti itu bukan karena miskinnya SDA (Sumber Daya Alam); bukan karena bodoh atau malasnya rakyat Indonesia.

Hampir pasti itu adalah karena kemampuan pemerintahan yang lemah, tak mampu mengelola tantangan dan atau tidak memobilisasi potensi SDA dan SDM Indonesia yang demikian hebat, dan kurang melindungi domestik, sehingga masyarakat pun menjadi tidak produktif (tingkat produktivitas 0.85, below Malaysia, Vietnam, Thailand, China, and India; tingkat inovasi urutan 61 dari 132 negara, below Filipina 56, Vietnam 46, Thailand 43, dan Malaysia 36; dan parahnya lagi 68% rakyat tidak mampu makan bergizi).

Maka Presiden dan Kabinet baru nanti, haruslah mengagendakan perubahan mendasar manajemen pemerintahan, sekaligus memperkuat karakter bangsa (nation character building, NCB) agar Indonesia lebih produktif, berintegritas dan progressive.

Nation Character Building (NCB)

Agenda NCB ini tidak bisa dianggap enteng, karena inilah jantungnya. Ini menyangkut manusianya; jika manusianya lemah, pasti lemah yang lainnya. Semua negara yang berhasil mentas menjadi negara maju, saat awal transformasinya, memprioritaskan pembangunan manusianya; Jepang dengan restorasinya, Korea Selatan dengan Saemaul Undong-nya, Malaysia dengan NEP-nya (new economic policy), dan RRT dengan ‘modernisasi Deng plus reformasi Jintao’.

NCB ini mendesak diprioritaskan terutama karena 3 hal, pertama, ancaman disintegrasi bangsa nyata, mengingat disparitas pembangunan yang sangat lebar (Indeks pembangunan manusia di luar jawa 10 tahun tertinggal dibanding Jawa). Artinya, ikatan sebagai sebuah bangsa akan terus melemah akibat lebarnya kesenjangan tersebut.

Kedua, trust (kepercayaan masyarakat) terhadap aparatur dan elit pemerintahan semakin memudar. Korupsi, kolusi, nepotisme dan tindakan asusila yang melekat di tubuh pejabat pemerintah, ditambah dengan otoritarianisme penguasa, telah menjadi biang ketidakpercayaan masyarakat terhadap manajemen pemerintahan. Ancaman ini akan melemahkan efektivitas kerja kabinet ke depan, karena partisipasi publik akan minim.

Ketiga, sementara itu beban berat APBN untuk membiayai proyek IKN (Rp90,4 triliun dari total Rp466 triliun) dan menutupi utang pokok (Rp 8.338,43 triliun, per april 2024) dan bunganya (tahun 2024, Rp 497,31 triliun) menyeruak. Dihadapkan pula dengan problematika sosial rakyat yang sangat mendesak seperti pengangguran terbuka (7.2 juta), kekurangan gizi (68% penduduk) dan turunnya daya beli masyarakat, yang terus semakin menghadang.

Ketiga variabel tersebut jelas menjadi ancaman bersama bangsa Indonesia. Dan jika itu terabaikan begitu saja, karena agenda pemerintahan ke depan tidak menanganinya dengan benar, maka bencana bagi Indonesia, sebagai sebuah bangsa, akan benar-benar terjadi.

Oleh karena itu Nation Character Building (NCB), harus menjadi solusi strategis untuk semua problematika Indonesia hari ini, sebagai landasan menuju Indonesia 2045. Apa wujud nyata dari NCB yang harus diikhtiarkan oleh pemerintahan baru nanti? (bersambung).

http://greatness2045.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

(2) Agenda Terbesar Prabowo Sepatutnya Pembinaan Karakter Bangsa (NCB)

Hampir pasti, ketertinggalan Indonesia berpunca daripada kelemahan pemerintahan yang tidak mampu memobilisasi potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang luar biasa.
Legisan Samtafsir
Penulis

Bagian 2

Kelambanan dan ketertinggalan Indonesia (setelah 78 tahun merdeka, pendapatan per kapita rakyat hanya USD4,700 pada tahun 2022; dibandingkan dengan Malaysia USD12,300, Thailand USD7,800, dan Singapura USD84,700) bukanlah disebabkan oleh kekurangan sumber daya alam (SDA), dan bukan pula kerana rakyat Indonesia bodoh atau malas.

Hampir pasti, hal ini berpunca daripada kelemahan pemerintahan yang tidak mampu mengurus cabaran atau memobilisasi potensi SDA dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang begitu hebat, serta kurang melindungi sektor domestik, menyebabkan masyarakat menjadi kurang produktif (tingkat produktiviti 0.85, lebih rendah berbanding Malaysia, Vietnam, Thailand, China, dan India; indeks inovasi di kedudukan 61 dari 132 negara, lebih rendah berbanding Filipina 56, Vietnam 46, Thailand 43, dan Malaysia 36; lebih membimbangkan lagi, 68% rakyat tidak mampu mendapatkan makanan bergizi).

Maka, Presiden dan Kabinet baru nanti harus mengagendakan perubahan menyeluruh dalam pengurusan pemerintahan, serta memperkukuhkan karakter bangsa (Nation Character Building, NCB) agar Indonesia lebih produktif, berintegriti, dan progresif.

Pembentukan Karakter Bangsa (NCB)

Agenda NCB ini tidak boleh dianggap remeh kerana ia adalah teras utama. Ia menyangkut pembinaan manusia—jika manusia dalam suatu negara lemah, pasti semua aspek lainnya turut melemah. Semua negara yang berjaya menjadi negara maju pada awal transformasinya memprioritaskan pembangunan manusia; Jepun dengan restorasinya, Korea Selatan dengan Saemaul Undong-nya, Malaysia dengan Dasar Ekonomi Baru (New Economic Policy, NEP), dan China dengan ‘modernisasi Deng’ serta reformasi Hu Jintao.

Keutamaan terhadap NCB menjadi semakin mendesak kerana tiga faktor utama:

  1. Ancaman Disintegrasi Bangsa – Ketidakseimbangan pembangunan yang terlalu luas (Indeks Pembangunan Manusia di luar Jawa tertinggal selama 10 tahun dibandingkan dengan Jawa) boleh melemahkan kesatuan sebagai sebuah bangsa.

  2. Krisis Kepercayaan Rakyat terhadap Pemerintahan – Korupsi, nepotisme, serta tindakan asusila dalam kalangan elit pemerintahan, ditambah dengan sifat autoritarian pemimpin, semakin mengikis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Jika hal ini berlanjutan, efektiviti kabinet masa depan akan merosot kerana kurangnya partisipasi rakyat.

  3. Beban Berat Belanjawan Negara (APBN) – Kos besar untuk membiayai projek IKN (Rp90.4 trilion daripada total Rp466 trilion) serta menampung hutang negara (Rp8,338.43 trilion pada April 2024) dan pembayarannya (Rp497.31 trilion pada tahun 2024) menjadi cabaran serius. Pada masa sama, masalah sosial seperti pengangguran terbuka (7.2 juta orang), kekurangan zat makanan (68% penduduk), dan penurunan daya beli rakyat semakin menghimpit keadaan.

Ketiga-tiga faktor ini adalah ancaman nyata bagi Indonesia. Jika dibiarkan tanpa penyelesaian yang strategik, krisis besar bagi bangsa ini tidak dapat dielakkan.

Oleh itu, Nation Character Building (NCB) harus menjadi jalan penyelesaian bagi setiap masalah mendesak yang dihadapi oleh Indonesia hari ini sebagai landasan menuju visi Indonesia 2045. Apakah bentuk nyata NCB yang perlu diperjuangkan oleh pemerintahan baru nanti? (bersambung).

 

http://greatness2045.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*

(2) Agenda Terbesar Prabowo, Seharusnya Nation Character Building (NCB)

Hampir pasti ketertinggalan Indonesia adalah karena kemampuan pemerintahan yang lemah, tidak mampu memobilisasi potensi SDA dan SDM yang hebat
Legisan Samtafsir
Penulis

Bagian 2

Kelambanan dan ketertinggalan Indonesia (setelah 78 tahun merdeka, perkapita rakyat hanya USD4.700 tahun 2022; compared with Malaysia USD12.300, Thailand USD7.800 dan Singapura USD84.700), pasti itu bukan karena miskinnya SDA (Sumber Daya Alam); bukan karena bodoh atau malasnya rakyat Indonesia.

Hampir pasti itu adalah karena kemampuan pemerintahan yang lemah, tak mampu mengelola tantangan dan atau tidak memobilisasi potensi SDA dan SDM Indonesia yang demikian hebat, dan kurang melindungi domestik, sehingga masyarakat pun menjadi tidak produktif (tingkat produktivitas 0.85, below Malaysia, Vietnam, Thailand, China, and India; tingkat inovasi urutan 61 dari 132 negara, below Filipina 56, Vietnam 46, Thailand 43, dan Malaysia 36; dan parahnya lagi 68% rakyat tidak mampu makan bergizi).

Maka Presiden dan Kabinet baru nanti, haruslah mengagendakan perubahan mendasar manajemen pemerintahan, sekaligus memperkuat karakter bangsa (nation character building, NCB) agar Indonesia lebih produktif, berintegritas dan progressive.

Nation Character Building (NCB)

Agenda NCB ini tidak bisa dianggap enteng, karena inilah jantungnya. Ini menyangkut manusianya; jika manusianya lemah, pasti lemah yang lainnya. Semua negara yang berhasil mentas menjadi negara maju, saat awal transformasinya, memprioritaskan pembangunan manusianya; Jepang dengan restorasinya, Korea Selatan dengan Saemaul Undong-nya, Malaysia dengan NEP-nya (new economic policy), dan RRT dengan ‘modernisasi Deng plus reformasi Jintao’.

NCB ini mendesak diprioritaskan terutama karena 3 hal, pertama, ancaman disintegrasi bangsa nyata, mengingat disparitas pembangunan yang sangat lebar (Indeks pembangunan manusia di luar jawa 10 tahun tertinggal dibanding Jawa). Artinya, ikatan sebagai sebuah bangsa akan terus melemah akibat lebarnya kesenjangan tersebut.

Kedua, trust (kepercayaan masyarakat) terhadap aparatur dan elit pemerintahan semakin memudar. Korupsi, kolusi, nepotisme dan tindakan asusila yang melekat di tubuh pejabat pemerintah, ditambah dengan otoritarianisme penguasa, telah menjadi biang ketidakpercayaan masyarakat terhadap manajemen pemerintahan. Ancaman ini akan melemahkan efektivitas kerja kabinet ke depan, karena partisipasi publik akan minim.

Ketiga, sementara itu beban berat APBN untuk membiayai proyek IKN (Rp90,4 triliun dari total Rp466 triliun) dan menutupi utang pokok (Rp 8.338,43 triliun, per april 2024) dan bunganya (tahun 2024, Rp 497,31 triliun) menyeruak. Dihadapkan pula dengan problematika sosial rakyat yang sangat mendesak seperti pengangguran terbuka (7.2 juta), kekurangan gizi (68% penduduk) dan turunnya daya beli masyarakat, yang terus semakin menghadang.

Ketiga variabel tersebut jelas menjadi ancaman bersama bangsa Indonesia. Dan jika itu terabaikan begitu saja, karena agenda pemerintahan ke depan tidak menanganinya dengan benar, maka bencana bagi Indonesia, sebagai sebuah bangsa, akan benar-benar terjadi.

Oleh karena itu Nation Character Building (NCB), harus menjadi solusi strategis untuk semua problematika Indonesia hari ini, sebagai landasan menuju Indonesia 2045. Apa wujud nyata dari NCB yang harus diikhtiarkan oleh pemerintahan baru nanti? (bersambung).

http://greatness2045.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*